Untitled DocumentBeranda » Berita » Greening The Nation With OrchidGreening The Nation With Orchid 20 Feb 2016
Anggrek,merupakan salah satu kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia.
Salah satu anggrek lokal, yaitu anggrek bulan Phalaenopsis
amabilis bahkan ditetapkan sebagai puspa pesona atau bunga nasional Indonesia dari tiga jenis bunga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan
harapan mampu mewakili karakteristik bangsa dan negara Indonesia. Di nusantara, anggrek dengan keragamannya bisa ditemukan di
berbagai ekosistem di Indonesia, baik di hutan, karst, dan ekosistem lainnya.
Bunga anggrek yang tak hanya elok dipandang ini memiliki kandungan potensi untuk kecantikan,kesehatan dan manfaat lainnya. Hal ini memerlukan penelitian dan perhatian lebih lanjut, sayangnya potensi ancaman terhadap keberadaananggrek
Indonesia masih tergolong besar,baik karena bencana alam,
alih fungsi lahan, atau pencurian sumber daya
genetik. Oleh karena itu, penyelamatan dan pelestarian
plasma nutfah anggrek menjadi prioritas yang harus dilakukan.
Kondisi ini menggugah Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI)
dan PT Martina Berto, Tbk - untuk menjalin kerjasama
dalam menyelamatkan anggrek-anggrek alam Indonesia. KEHATI adalah
organisasi nirlaba pemberi dana hibah untuk pelestarian
keanekaragaman hayati. Adapun Martha Tilaar adalah founder
& chairwoman Martha
Tilaar Group, yang melalui anak perusahaan, yaitu PT Martina Berto,
Tbk berhasil
menggali nilai tambah sumber daya hati dan pengetahuan tradisional asli
Indonesia ketingkat nasional dan global.
Pada 2012 silam, DR.
Martha Tilaar mendapat kehormatan untuk diabadikan namanya dalam
varietas anggrek langka Borneo, Coelogyne
Marthae
S.E.C. Sierra oleh The national Herbarium of the Netherlands. Anugrah
ini diberikan atas upayanya mendirikan Martha Tilaar
Professorial Chair di Leiden University pada tahun 2000 dan atas keberhasilannya membangun perusahaan kosmetik dan perawatan alami berdasarkan kearifan
lokal yang diolah secara ilmiah untuk memenuhi kebutuhan di kehidupan
masa kini. Untuk mendapatkan dan mengembangkan potensi dari bunga
anggrek Coelogyne
Marthae S.E.C.
Sierra, serta sebagai tindak lanjut dari penganugerahan Perekayasa
Utama Kehormatan 2012 yang diberikan oleh BPPT kepada DR. Martha
Tilaar. Lebih lanjut lagi, pada tahun tersebut, PT Martina
Berto, Tbk juga menandatangani perjanjian kerjasama dengan BPPT untuk
eksplorasi, identifikasi dan domestifikasi Anggrek Coelogyne Marthae
S.E.C Sierra. Perjanjian kerjasama ini diharapkan dapat
meningkatkan pelestarian alam Indonesia, khususnya anggrek asli
Indonesia serta mengembangkannya menjadi produk-produk yang berbasis
tanaman khas Indonesia dan mengembangkan kerjasama yang lebih erat
antara akademisi dan pebisnis. Salah satu contoh produk dari hasil
pengembangan ini adalah sabun anggrek Coelogyne Marthae yang
bisa didapatkan di Martha Tilaar Shop.
Sementara
jalinan kerjasama KEHATI dengan PT. Martina Berto, Tbk sendiri terwujud dalam penandatanganan nota kesepahaman yang didedikasikan untuk mendukung pelestarian anggrek berbasis komunitas di ekosistem Taman Nasional Gunung Merapi,
Yogyakarta dan ekosistem karst di kecamatan Tepus, Gunung
Kidul. Dana untuk kegiatan ini berasal dari hasil penjualan sabun anggrek Coelogyne Marthae. Pesan dari kesepakatan ini adalah dari anggrek untuk keberlanjutan anggrek Indonesia dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Di Tepus yang merupakan kawasan karst, atasdukungan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi
DIY, sejak 2010 silam, para petani anggrek telah menyelamatkan sekitar 78 jenis pohon endemik lokal Yogyakarta. Saat ini,
kawasan tersebut telah dibuat rumah anggrek sederhana yang juga berfungsi sebagai sebagai taman keanekaragaman hayati (taman kehati).
Sementara di kawasan ekosistem Gunung Merapi, tepatnya di desa
Turgo, Yogyakarta, sudah berkembang pusat pengelolaan anggrek oleh
masyarakat. Kelompok tani didampingi oleh LSM Kanopi Yogyakarta,
berhasil merelokasi atau mengembalikan anggrek ke alam hasil dari pengembangan masyarakat.
Data keragaman anggrek terakhir di kaki Merapi (Sulistyono, 2009) menunjukkan adanya 67 jenis anggrek. Jumlah tersebut tanpa menyebutkan kemelimpahan maupun persebarannya. Kabar gembira datang pada tahun 2015 lalu yang mengumumkan penemuan dua anggrek alam baru di tebing di Sungai Krasak, Yogyakarta oleh petani anggrek di Taman
Nasional Gunung Merapi. Sayangnya, meski terus dibudi dayakan, anggrek alam di kaki Merapi masih mendapat ancaman yang salah satunya berasal dari erupsi yang berulang di kawasan Merapi.
Melalui program ini, kehati berharap dapat melestarikan anggrek asli di
kawasan karst dan di taman nasional Gunung Merapi
sekaligus pemberdayaan masyarakat pengelola taman
kehati. Dengan kerjasama ini, kelompok tani di dua kawasan
itu nantinya mendapat peningkatan kapasitas baik dalam budidaya,
kelembagaan dan menyiapkan desa tersebut menjadi desa ekowisata
dengan anggrek sebagai salah satu pesonanya.