Untitled DocumentBeranda » Berita » Pemanfaatan Lahan Sebagai Penyangga Kemandirian Pangan di Era New NormalPemanfaatan Lahan Sebagai Penyangga Kemandirian Pangan di Era New Normal 18 Jun 2020
Pandemik
Covid-19 menimbulkan krisis di berbagai aspek kehidupan, salah
satunya di bidang ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli
masyarakat terhadap kebutuhan pangan. Agar tidak berkepanjangan dan
berdampak pada kesehatan, diperlukan strategi untuk menghadapinya.
Sebagai upaya dalam mengedukasi masyarakat, Rabu lalu (10/06),
Starborn Chemical menyelenggarakan webinar berjudul “Pekarangan
Sebagai Penyangga Kemandirian Pangan dan Kesehatan Keluarga di Masa
Pandemi Covid-19â€.
Webinar ini menghadirkan tiga orang
pembicara yang kompeten di bidangnya. Mereka adalah Prof. Dr. Ir.
Hadi Susilo Arifin, M.S (Guru Besar Bidang Manajemen Lanskap dan
Ketua Program Studi S2 Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan IPB), Ir. Heru D. Wardhana, M. Hort (Head of Kampoeng
Djamoe Organik Martha Tilaar Group), dan Dr. Harris Susanto, M. Hum
(Direktur Utama PT Luas Birus Utama), dengan moderator yaitu Ir.
Arief Arianto Hidayat, M. Sc. Agr (Perekayasa Madya di Bidang
Pertanian BPPT). Pemanfaatan lahan di pekarangan rumah, pengembangan
tanaman hias dan tanaman obat potensial, dan pemanfaatan tanaman
Sambung Nyawa untuk pekarangan menjadi fokus utama dalam webinar
tersebut. Berikut poin penting dari masing-masing pembicara dalam
webinar hari itu:
Prof.
Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S
Pekarangan
adalah lahan yang ada disekitar rumah yang biasanya ditanami
berbagai jenis tumbuhan dan tanaman serta tempat untuk memelihara
berbagai jenis ternak dan ikan.
Selama
masa pandemi, manfaatkan lahan pada pekarangan akan semakin efisien
dengan pemasangan tabulampot, vertical garden, hanging garden,
balcony garden, window garden, dan green roof garden.
Beberapa
jenis tanaman yang disarankan untuk ditanam di pekarangan adalah
tanaman sayuran semusim seperti bayam, kangkung, selada, pakcoi agar
bisa dipanen dalam waktu 3-4 minggu, dan sebaiknya tidak menggunakan
pestisida kimiawi
Pekarangan
yang produktif, tidak hanya memperindah hunian dan lingkungan,
tetapi juga membantu meningkatkan kondisi kesehatan makhluk hidup
disekitarnya .
Ir. Heru D. Wardhana, M. Hort
Pekarangan
dapat menjadi penunjang sumber pangan, ekonomi dan kesehatan. Produk
hortikultura yang terdiri dari tanaman buah, sayuran, tanaman hias
dan tanaman obat, kosmetik dan aromatik sangatlah menunjang program
hidup sehat selaras dengan alam. Hal ini dibutuhkan terutama saat
pandemi COVID-19.
Martha
Tilaar Group memiliki Kampoeng Djamoe Organik (KaDO) yang berbentuk
seperti pekarangan/taman dengan skala yang cukup luas sekitar 10Ha
yang ditanami TOKA secara organik. Salah satu tujuannya yaitu untuk
melestarikan berbagi jenis tanaman TOKA yang ada di Indonesia.
Tanaman
TOKA merupakan salah satu produk pertanian yang cukup unik dan
mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan demi memuhi
permintaan pasar terutama sejak adanya pandemi COVID. Selain itu,
untuk penanaman di pekarangan ini juga bisa menggunakan konsep
permakultur yaitu konsep pertanian terpadu dengan sistem pertanian
organik yang memberi penekanan pada desain, perencanaan pertanian
dan integrasinya dengan implementasi berupa praktek pertanian yang
lestari, terus menerus dengan prinsip keseimbangan dan
keberlanjutan.
Dr.
Harris Susanto, M. Hum
HumTanaman
sambung nyawa sebagai leverage dan proses pembentukan sign
value pekarangan.
Tanaman
sambung nyawa dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku salad sayur.
Salad ini merupakan salah satu pendekatan investasi kesehatan dan
menurunkan konsumsi karbohidrat (nasi).
Daun
sambung nyawa juga memiliki berbagai manfaat seperti antioksidan,
pencegahan kanker, anti bakteri serta membantu pencegahan kerusakan
sel akibat penyakit. Untuk itu masyarakat akan mendapatkan sign dan
symbolic value apabila menanam sambung nyawa di pekarangan.